Senin, 15 Juni 2009

kiroi ゴキブリ kujira no ashi



Kiroi ゴキブリ

Kujira no ashi (Kaki Raksasa)


Seorang kirei onna (wanita cantik) berjalan gemulai mendekatiku. Kibasan ke(rambut)nya membuat siapa saja terpesona, lenggak-lenggok karada(tubuh)nya membuatkokoro(hati) bergemuruh kencang, wangi karadanya menentramkan jiwa…

oh Luna Maya…..kau bagaikan zessei no bijin (wanita dengan kecantikan tiada tara). Aku ingin jadi Ariel peterpan rasanya, oh Luna…kite kudasai(datanglah padaku), mari kita makan kue coklat bersama, sambil menyanyikan sebuah lagu romantis “isshoni anata to futari eien no ai… o…uwo…oho…”(bersama berdua denganmu selamanya), bawalah aku bersamamu Luna…

lalu Luna Maya pun mendekat kearahku dan……………dan……………..

PRANG…BRUK…DUENG…DWAR….!!!!

KO…RO..II…!!!!! terdengar suara teriakan seriosa membahana di telingaku, dan dengan kecepatan secepat halilintar sebuah benda mendarat cantik di tubuhku yang montok ini, ketika aku mulai sadar baru nampak jelas bahwa benda itu ternyata

penggebuk kasur yang terbuat dari rotan. I T A I!!,(sakit) huhu… sungguh menyakitkan rasanya. Okaasan doushita no?

(ibu, ada apa?), dasar pemalas okiru!(bangun!) kamu tau ima nanji desuka? (sekarang jam berapa?), aku menggelengkan kepala sambil menguap lebar-lebar. lalu okaasanpun menunjukkan jam kearahku kore mite! (ini lihat!), HUWA!!! Sudah jam sepuluh lewat limabelas menit limapuluh sembilan detik, fuh… aku menghela nafas sejenak, “ternyata masih begitu pagi” gerutuku lalu aku kembali merebahkan tubuh di ranjang berharap bisa memimpikan luna maya lagi, oh tidak tangan-tangan yang kejam itu keburu menarikku dan siap melemparku dengan membabi buta. KUROI! Ayo sekarang kamu pergi berburu! Okaasan ini kan yasumi no hi (hari libur)?, ia hanya menatapku geram dan bisa kulihat ada kepulan asap berterbangan di atas kepalannya, huf dengan malas kupaksakan karada (badan) ini berdiri lalu berjalan manuju kazoku no shitsu (ruang keluarga), kagetnya aku saat melihat kazoku(keluarga)ku bertambah banyak, sepertinya istri otousan yang ke-5 telah menetaskan telurnya, karena makhluk maniez seperti kami dapat menghasilakan telur30 sampai 40 telur sekali membuahi, subur benar bukan, entah sudah berapa banyak kazoku(keluarga)ku, puluhan bahkan mungkin ratusan, entahlah menghitungnya pun saja aku malas, uchi(rumah)yang tadinya hiroi(luas) seperti lapangan golf, sekarang jadi semai(sempit)seperti rumah kutu, dasar otousan!! Poligami sampai happiki(enam ekor) gokiburi, itupun dari berbagai macam jenis gokiburi yang ada, ada yang dari jerman, amerika, madagascar, sampai produk lokalpun ada. Aku adalah jenis gokiburi hitam manis, hehe kata manis itu sengaja aku tambahkan biar sedikit keren, makanya namaku kiroi(hitam), jenisku tidak bersayap dan mempunyai badan yangfutoi(gemuk).


itulah yang membuatku di jauhi para gadis gokiburi, kata mereka aku tidak perkasa, lain dengan saudara tiriku dari istri otousan yang ke-3, ia jenis gokiburi Periplaneta americana, huh namanya saja sekeren artis hollywood. Ia sering mengejekku “ BAKA!”(bodoh) karena tidak bisa terbang sepertinya, dia saja yang “BAKA” mau saja di rayu para gadis gokiburi yang genit itu untuk ikut terbang bersamanya. Ah sudahlah repot benar aku memikirkan si tukang pamer itu, aku harus segera pergi sebelum okaasan menyetrumku dengan raket listrik.

Aku berjalan mendaki gunung lewati lembah, mencari uchi mana yang akan ku kunjungi kali ini. Aku berhenti sejenak meletakkan tangan-tanganku di atas kepala dan mulai berpikir @#!*%$#^!&…

tiba-tiba mataku tertuju pada satu uchi, hemm..nampaknya itu furui uchi(rumah tua), karena kitanai to kusai desu(kotor dan bau) a….uchi ga sugoii desu ne…(rumah yang keren), watashi ga dai suki desu(saya sangat menyukainya). Tanpa buang waktu lagi ku langkahkan kaki-kaki ini menuju sono furui uchi(rumah itu). Aku melewati talang pipa yang langsung mengantarku menuju daidokoro(dapur). Sesampainya di daidokoro aku melihat segerombolan gokiburi bertato, nampaknya mereka adalah preman penguasa rumah tua itu. Mereka roppiki(enam ekor) okii karada to joubu desu(badannya besar dan kuat), hontouni kowaii desu ne(sangat menakutkan). Ku putuskan untuk segera berlari meninggalkan dapur itu melewati lemari piring, namun sial benar nasibku mereka keburu memergokiku.smbiki(tiga ekor)dari mereka menghampiriku, aku mulai bergidig ketakutan dengan masih tetap diam ditempat. Ippiki(satu ekor)dari mereka berbicara kepadaku “heh kuroi apa yang kamu lakukan di wilayah kami?”, nampaknya aku tidak perlu memeperkenalkan diri repot-repot toh mereka sepertinya bisa menebak sendiri dari warna karadaku, “ano…ano…watashi…ano..sanpou suru dake(Cuma jalan-jalan), biasalah cucimata hahaha, aku hanya bisa tersenyum menyebalkan. Mereka mulai mengeluarkan sisik tajam menyengat dari kaki-kaki yang

bertato, antena panjang di kepala mereka bergerak-gerak. Aku berlari sekuat tenaga dengan langkah sempoyongan tak tau arah, merekapun menyebar dan membentuk formasi 212 seperti wirosableng. Ni(dua) di ushiro(belakang), ichi(satu) di naka(tengah), dan ni di (mae) yang siap menghadangku, lalu ippiki(satu ekor) yang sepertinya bucho(ketua)dari mereka berdiri manis memperhatikan. Sialan!! Aku terjebak, oh kamisama(tuhan) aku belum mau shinu(mati), koibito(pacar)saja belum punya. Aku lari terbirit-birit menghindari mereka, saat aku memperhatikan gambar tato yang ada di kaki-kaki mereka, aku baru sadar bahwa tato itu bergambar tulang gokiburi, itu adalah lambang para pemakan gokiburi atau istilah kerennya kanibal, hua…tidak bisa ku bayangkan sekarang aku sedang berhadapan dengan roppiki sumanto, huhu…, gawat! aku tepojok, tak ada jalan untuk melarikan diri lagi mereka mulai mengelilingiku dan siap memakanku dengan liar, kini aku pasrahkan sajah hidupku yang berharga ini pada mereka, mereka semakin dekat, hanya tinggal satu langkah lagi, tiba..tiba aku berteriak CHOTO MATTE KUDASAI……!!!!!!(tolong tunggu sebentar), mereka tersentak namun masih memandangku tajam, sangat tajam, setajam….silet. seketika terbersit dalam benakku wajah menyebalkan saudara tiriku yang tukang pamer itu, ia sedang menari-nari memakai baju ibunya yang kedodoran, dan pita warna-warni di kepalanya, haha aku tertawa kecil, miris memang menghadapi kamatianku yang sebentar lagi dengan menertawai si tukang pamer itu, ya jika nanti aku mati di makan sumanto gokiburi ini makhluk pertama yang akan aku gentayangi adalah dia , hahahha, aku tertawa kencang sekali namun masih menyisakan ketakutan yang dasyat. Hai!, aku langsung berteriak lantang. Saat ku pejamkan mataku tiba-tiba daidokoro berguncang, semua saling memandang, oh tidak!

ada kujira(raksasa), ippiki dari mereka menggerayangi ashi(kaki) kujira itu , kujira itu bergerak meanggerkan ashinya kesana-kemari berusaha menyingkirkan gokiburi dari ashinya, preman gokiburi yang lainya berteriak MANUSIA…MANUSIA…!! Semua berlari kocar-kacir termasuk aku. Kujira no ashi(kaki raksasa )itu berusaha menginjak-injak kami, salah satu dari preman gokiburi itu malang sekali nasibnya ia terijak oleh kujira no ashi, darahnya yang berwarna putih dan berbau menyengat berceceran dimana-mana. Petualangan ganas ini belum berakhir sampai disitu, kujira no ashi masih bergentayangan mencari kami. Kujira itu melepaskan sandal yang dipakainya dan dengan kecepatan cahaya sandal itu sudah melayang tepat ke arah preman gokiburi yang ada disebelahku, auch…ia tewas seketika. Iakh..darahnya mengenaiku, aku langsung menghindar dan segera bersembunyi di kolong lemari piring yang sudah reyot.

Tak lama preman gokoburi yang masih hidup bergabung bersama ku bersembunyi di kolong lemari piring. Salah satu dari mereka menangis tersedu-sedu sambil berbicara kepada tomodachinya “ si manusia jahanam itu memutilasi karada no bubun(bagian tubuh) bucho kita, atama(kepala)Nya terpisah dari karadanya malang benar nasibnya”, “ bukanya dengan tanpa kepala ia masih dapat bertahan hidup?” si preman gokiburi satu lagi meyakinkan, si preman yang menangis tadi menggelengkan

atamanya dengan lemah, “si kujira itu keburu menginjak-injak karadanya sampai gepeng” ia menambahkan dengan nada paling mengharukan,

“IIE!”(tidak) mereka berteriak dan menangis bersama-sama karena telah di tinggalkan oleh buchonya. Hidungku mendengus-dengus mencium aroma yang tidak menyenangkan, perasaanku tidak enak baru saja aku akan memberitau mereka untuk menahan napas, namun gas pembasmi gokiburi itu keburu menyebar , uhuk..uhuk mereka terbatuk-batuk, aku masih bertahan untuk menahan napas karena gokiburi jenisku dapat bertahan untuk menahan napas selama 40 menit itu waktu yang cukup untukku keluar dari rumah ini sebelum gas beracun itu merenggut nyawaku. Aku berusaha mencari celah untuk keluar,

ah ada mado (jendela)..sepertinya aku bisa keluar melalui mado itu, akupun berlari menyusuri dinding menggapai mulut mado, hal terakhir yang kulihat para preman gokoburi yang tersisa itu pingsan bahkan mungkin sudah almarhum, entahlah yang penting aku segera keluar dari uchi ini, sambil tetap menahan napas aku berhasil melawati mado dan dengan suksesnya keluar dari rumah yang membawa maut itu. Aku terengah-engah mengatur napas yang senen kemis ini, uh lebih baik aku di setrum okaasan dengan raket listrik dari pada harus masuk ke uchi itu lagi. Tokorode(ngomong-ngomong) perburuan ku kali ini = NOL BESAR!!.

Tsuzuku……(bersambung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar